BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
1. Latar
Belakang
Sebagian besar
anak akan menerima pengaruh dari tiga lingkungan pendidikan yang utama yakni,
keluarga, sekolah, dan masyarakat. ketiganya biasa disebut dengan tripusat pendidikan.
Hal yang terpenting adalah lingkungan yang pertama kali dikenal oleh anak
merupakan keluarga.
Pada masyarakat yang masih sederhana, keluarga umummnya
mempunyai dua fungsi, yaitu: fungsi konsumsi dan fungsi produksi. Kedua
fungsi ini mempunyai pengaruh yang sangat besar bagi anak. Kehidupan
masa depan anak pada masyarakat tradisional tidak jauh berbeda dengan kehidupan
orang tuannya. Pada masyarakat semacam ini, orang tua yang mengajar pengetahuan
dan keterampilan yang diperlukan untuk hidup. Orang tua pula yang melatih dan
memberi petunjuk tentang berbagai aspek kehidupan. Sampai anak menjadi dewasa.
Tetapi pada masyarakat
modern, maka pendidikan yang semula menjadi tanggung jawab keluarga itu kini
sebagian besar diambil alih oleh sekolah dan lembaga-lembaga sosial lainnya. Pada
tingkat permulaan fungsi ibu sebagian sudah diambil alih oleh pendidikan
prasekolah. Bahkan fungsi pembentukan watak dan sikap mental pada masyarakat
modern berangsur-angsur diambil alih oleh sekolah dan organisasi sosial lainnya.
Meskipun keluarga
kehilangan sejumlah fungsi yang semula menjadi tanggung jawabnya, namun
keluarga masih tetap merupakan lembaga yang paling penting dalam proses
sosialisasi anak, karena keluarga yang memberikan tuntunan dan contoh-contoh
semenjak masa anak sampai dewasa.
Namun dalam masyarakat
modern orangtua harus membagi otoritas dengan orang lain terutama guru dan
pemuka masyarakat, bahkan dengan anak mereka sendiri yang memperolah
pengetahuan baru dari luar keluarga. Perubahan sifat hubungan orang tua dengan
anaknya itu, akan diiringi pula dengan perubahan hubungan guru dengan siswa serta didukung dengan keterbukaan yang demokratis dalam
masyarakat. Dengan kata lain, terdapat hubungan yang saling mempengaruhi antara
ketiga pusat pendidikan itu.
2. Rumusan
Masalah
Ada hal
yang perlu menjadi perhatian dalam melakukan pendidikan
bagi anak, atau generasi muda yang akan
menjadi penerus bangsa kelak, dan juga ada beberapa hal yang perlu dikaji
secara mendalam agar proses pendidikan berjalan dengan baik dan bergerak menuju
cita-cita bersama yang tertuang dalam tujuan pendidikan. Oleh karena itu setiap
pihak harus memahami betul peran yang akan dijalankannya berkaitan dengan tugas
pendidikan yang disandangnya, Yaitu:
a. Bagaimana orang tua/keluarga dapat melaksanakan perannya dalam pendidikan
anak dengan baik?
b. Bagaimana
pula peran sekolah dalam
membentuk cikal bakal tulang
punggung Bangsa ini?
c.
Apakah
peran masyarakat dalam pendidikan anak?
3.
Tujuan
Dengan adanya perumusan masalah diatas, maka perlu di
jabarkan beberapa tujuan yang akan dicapai dalam tulisan ini, diantaranya:
a.
Mendeskripsikan
pentingnya peran keluarga/ orang tua dalam proses pendidikan anak.
b.
Menjelaskan
dan mengetahui beberapa peranan persekolahan dalam membetuk peserta didik yang
bemoral dan berakhalak mulia dalam menyongsong Bangsa dan Negara ini menjadi
lebih baik.
c.
Menjelaskan
peranan penting yang harus dilakukan masyarakat dalam pendidikan untuk
membentuk generasi muda yang ideal.
BAB II
P EMBAHASAN
P EMBAHASAN
A. Pentingnya
Peranan Keluarga dalam Pendidikan
Peranan Orang tua
memberikan pendidikan utama bagi anak-anaknya. Dikatakan pendidikan utama
karena pendidikan orang tua ini mempunyai pengaruh yang dalam bagi kehidupan
anak di kemudian hari. Oleh karenanya, orang tua harus benar-benar menyadarinya
sehingga mereka dapat memerankannya sebagaimana mestinya (Uhbiyati, 2005: 225).
a. Memangun karakter utama bagi anak
Pendidkian karakter utama
harus di bangun dan diwujudkan adalah sikap bersilaturahmi, yaitu saling
berintraksi sehingga dapat melakuakan kerja sama dalam membangun masyarakat.
Kemudian karakter yang harus dibangun adalah emosi yang kuat untuk meyakini
adanya Tuhan dan hari pembalasan.
Perkebangan karakter anak
dimulai dari pergaulannya dalam kehidupan keluarga, kemudian berlanjut di
lingkungan sekolah. Sekolah sebagai tempat pembelajaran anak sangat besar
pengaruhnya terhadap perkembangan mentalitas anak di lingkungan terdekatnya
(Hamid, Beni Ahmad Saebani, 2013: 61-65).
b. Pola
asuh menentukan keberhasilan pendidikan anak dalam keluarga
Keberhasilan keluarga dalam
menanamkan nilai- nilai kebijakan pada anak sangat tergantung pada jenis pola
asuh yang diterapkan orang tua pada anaknya. Pola asuh dapat didefinisikan sebagai pola
interaksi antara anak dengan orang tua yang meliputi pemenuhan kebutuhan fisik
dan kebutuhan psikologis, serta norma-norma yang berlaku di masyarakat agar anak dapat hidup selaras dengan
lingkungannya. Beberapa macam contoh pola asuh :
1)
Pola asuh
otoriter, yaitu kekuasan orang tua lebih dominan, anak tidak diakui sebagai
pribadi yang mandiri, control terhadap tingkah laku anak sangat ketat, orang
tua menghukum anak jika tidak patuh.
2)
Pola asuh demokratis, kerjasama antara orang tua dengan anak, anak diakui sebagai pribadi yang mandiri, ada bimbingan dan pengarahan
dari orang tua, control orang tua tidak kaku.
3)
Pola asuh permisif, lebih didominasi oleh anak, sikap longgar atau
kebebasan dari orang tua, control dan perhatian orang tua sangat kurang.
4)
Moderat,
yaitu adakalanya orangtua harus otoriter untuk hal yang darurat, dan ada saatnya
berlaku demokratis terhadap anaknya.
Melalui pola asuh yang dilakukan orang tua, anak akan
belajar banyak hal, termasuk karakter. Artinya jenis pola asuh yang ditetapkan
orang tua terhadap anaknya menentukan keberhasilan pendidikan karakter anak
oleh keluarga.
c.
Kesalahan keluarga dalam mendidik anak
mempengaruhi perkembangan kecerdasan emosi anak.
Kesalahan dalam pengasuhan anak akan berakibat pada
kegagalan dalam pembentukan karakter yang baik. Beberapa kesalahan orang tua
dalam mendidik anak dapat mempengaruhi kecerdasan emosi anak, diantaranya
adalah:
a.
Terlalu
sibuk bekerja sehingga kurang komunikasi dengan anak;
b.
Kurang
memberikan kasih sayang;
c.
Selalu
mengukur rasa cinta terhadap anak dengan materi;
d.
Selalu bertengkar
didepan anak, dan lain sebagainya.
Dampak salah asuh diatas
akan menimbulkan anak yang mempunyai kepribadian yang bermasalah atau kecedasan
emosi yang rendah yang cendrung berprilaku kurang baik, acuh terhadap temannya,
dll. (Hamid, Beni Ahmad Saebani, 2013: 176)
B. Peranan
Sekolah dalam Pendidikan
Sekolah mengambil peranan
penting dalam membentuk moral anak didik menjadi lebih baik. Pendidikan moral
dapat diartikan sebagai suatu konsep kebaikan (konsep yang bermoral) yang
diajarkan kepada peserta didik (generasi muda masyarakat) untuk membentuk
akhlak mulia dan berprilaku terpuji seperti terdapat dalam pancasila dan UU
1945. Dalam penyajian pendidikan bermoral, guru diharapkan membantu peserta
didik mengembangkan dirinya, baik secara keilmuan maupun secara mental
keagamaan (Darmadi, 2007: 56).
Di sekolah, peserta didik akan dibimbing,
diarahkan, dan dilatih. Peserta didik juga dibekali dengan nilai-nilai
luhur, tata tertib, sopan santun, tata krama, budi pekerti, serta adat budaya
(Muryati, Juju Suryawati, 2007: 106).
Setelah anak mencapai umur matang bersekolah, maka
disamping pengalaman hidup di dalam keluarga, ia memasuki pusat pendidikan yang
kedua yaitu sekolah. Transisi dari rumah ke sekolah perlu diperhatikan oleh
para guru dan orang tua. Hari-hari yang pertama disekolah merupakan situasi
peralihan dari situasi bebas ke situasi terikat. Karena itu guru-guru perlu
menciptakan situasi belajar dan mengajar dimana kebutuhan dasar anak dapat
terpenuhi terutama kebutuhan kasih sayang dan kebutuhan rasa aman, sehingga
kehidupan di sekolah bukan merupakan hal yang menakutkan bagi anak-anak
(Suwarno, 1992: 69).
Lembaga pendidikan formal, lahir serta tumbuh dari dan
untuk masyarakat yang bersangkutan. Artinya, sekolah sebagai pusat pendidikan formal
merupakan prangkat masyarakat yang diamanihi untuk memberikan pendidikan. Lembaga
formal tersebut mempunyai hubungan kerja sama dengan pranata sosial lainnya. Dalam
hubungan ini, peranan sekolah dituntut untuk tanggap dan fungsional terhadap
kelangsungan dan perkembangan masyarakat di lingkungannya (Salam, 2011: 134).
Sekolah
melakukan pembinaan pendidikan untuk peserta didiknya didasarkan atas
kepercayaan dan tuntutan zaman. Sekolah sebagai lembaga pendidikan mempunyai
tanggunga jawab atas tiga faktor:
a. Tanggung Jawab Normal
Sekolah sebagai lembaga pendidikan
sesuai fungsi, tugas dan tujuan pendidikan. Harus melaksanakan pembinaan
menurut ketentuan yang berlaku.
b. Tanggung Jawab Keilmuan
Sekolah sebagai
lembaga pendidikan memiliki tanggung jawab mentransfer pengetahuan kepada anak
didiknya.
c. Tanggung jawab
fungsional
Sekolah selain harus melakukan pembinaan sesuai ketentuan
yang berlaku, sekolah juga harus bertanggunga jawab melalui pendidik (guru)
untuk melaksanakan program yang terstruktur di dalam kurikulum. (Husnuddin,
pdf).
C. Peranan
Masyarakat dalam Pendidikan
Peran
serta Masyarakat (PSM) dalam pendidikan memang
sangat erat kaitannya dengan mengubah cara pandang masyarakat terhadap
pendidikan terutama pendidikan
terhadap anak. ini tentu saja bukan hal yang mudah untuk dilakukan. Akan
tetapi apabila tidak dimulai dan dilakukan dari sekarang. kapan rasa memiliki,
kepedulian, keterlibatan, dan peran aktif masyarakat dengan tingkatan maksimal
dalam pendidikan anak.
Masyarakat apabila dilihat dari konsep sosiologi adalah
sekumpulan manusia yang bertempat tinggal dalam suatu kawasan dan saling
berinteraksi. Bila dilihat dari konsep pendidikan, masyarakat adalah sekumpulan
baanyak orang dengan berbagai ragam kualitas diri mulai dari yang tidak
berpendidikan sampai pada yang berpendidikan tinggi. Ia adalah laboratorium
besar tempat para anggotanya mengamalkan semua keterampilan yang dimilikinya.
Di lihat dari lingkungan pendidikan, masyarakat disebut
lingkungan pendidikan non formal yang memberikan pendidikan secara sengaja dan
berencana kepada seluruh anggotanya, teteapi tidak sistematis. Secara
fungsional masyarakat menerima semua anggotanya yang pluralistik (Majemuk) itu
dan mengarahkan menjadi anggota masyarakat yang baik untuk tercapainya
kesejahteraan sosial para anggotanya yaitu kesejahteraan mental spiritual dan fisikal
atau kesejahteraan lahir dan batin.
Kalau disekolah, pendidiknya adalah guru. Maka kalau di
masyarakat yang menjadi pendidiknya adalah orang dewasa yang bertanggung jawab
terhadap pendidikan anaknya melalui sosialisasi lanjutan yang mana pendidikan
dasar-dasarnya telah diletakan oleh keluarga dan juga sekolah sebelum mereka
masuk kedalam masyarakat. (Husnuddin, pdf).
Mayarakat haruslah melakukan peran penting dalam mendidik
generasi mudanya, Jika individu anak melakukan penyimpangan dalam setiap
aktifitas atau perilakunya, maka masyarakat dapat melakukan pembinaan melalui
teguran, pemnbinaan, atau menerapkan pola pendidikan lainya yang bertujuan
jelas demi kebaikan anak. (An Nahlawi, 1995: 178)
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Disamping peningkatan kontribusi dalam perannya masing-masing, antara keluarga, sekolah, dan masyarakat terhadap perkembangan peserta didik, diprasyaratkan pula keserasian kontribusi ini, serta kerjasama yang erat dan harmonis antar ketiga pusat pendidikan anak tersebut. Berbagai upaya harus dilakukan, program pendidikan dari setiap unsur sumber pendidikan yaitu keluarga, sekolah dan masyarakat diharapkan dapat saling mendukung dan memperkuat antara satu dengan yang lainnya.
Disamping peningkatan kontribusi dalam perannya masing-masing, antara keluarga, sekolah, dan masyarakat terhadap perkembangan peserta didik, diprasyaratkan pula keserasian kontribusi ini, serta kerjasama yang erat dan harmonis antar ketiga pusat pendidikan anak tersebut. Berbagai upaya harus dilakukan, program pendidikan dari setiap unsur sumber pendidikan yaitu keluarga, sekolah dan masyarakat diharapkan dapat saling mendukung dan memperkuat antara satu dengan yang lainnya.
Dengan masing masing
peran yang dilakukan dengan baik oleh keluarga, sekolah maupun masyarakat dalam
pendidikan, yang saling memperkuat dan saling melengkapi antara ketiga pusat
itu, akan memberi peluang besar mewujudkan sumber daya manusia terdidik yang
bermutu.
A.
Saran-Saran
Mengharapkan setiap pihak yang terlibat dalam pendidikan agar lebih menguatkan tekad untuk berperan aktif dalam pendidikan, agar jalan menuju tujuan pendidikan yang dicita-cita setiap manusia dapat segera terwujud. Dan berusaha memulai hal-hal positif yang dapat membantu proses pendidikan secepat mungkin. Serta tidak perlu menunggu yang lain. sebaiknya dari unsur terkecil yaitu individu, Dan setiap individu inilah diharapkan menjadi sekumpulan orang yang peduli pada pendidikan, sekumpulan kecil ini diharapkan dapat mewarnai seluruh rakyat yang besar ini terhadap kesadarannya akan peran masing- masing dalam pendidikan.
Mengharapkan setiap pihak yang terlibat dalam pendidikan agar lebih menguatkan tekad untuk berperan aktif dalam pendidikan, agar jalan menuju tujuan pendidikan yang dicita-cita setiap manusia dapat segera terwujud. Dan berusaha memulai hal-hal positif yang dapat membantu proses pendidikan secepat mungkin. Serta tidak perlu menunggu yang lain. sebaiknya dari unsur terkecil yaitu individu, Dan setiap individu inilah diharapkan menjadi sekumpulan orang yang peduli pada pendidikan, sekumpulan kecil ini diharapkan dapat mewarnai seluruh rakyat yang besar ini terhadap kesadarannya akan peran masing- masing dalam pendidikan.
DAFTAR
PUSTAKA
An Nahlawi, Abdurrahman. 1995. Pendidikan Islam Di
Rumah, Sekolah dan Masayrakat. Jakarta: Gema Insani Press
Darmadi, Hamid. 2007. Dasar Konsep Pendidikan Moral. Bandung:
Alfabeta.
Hamid, Hamdani, Beni Ahmad Saebani. 2013. Pendidikan
Karakter Perspektif Islam. Bandung: Pustaka Setia.
Husnudin. POLA KERJASAMA TRI PUSAT PENDIDIKAN:
Ditinjau dari Peranan keluarga, Sekolah dan Masyarakat. Pdf
Muryati Kun, Juju Suryawati. 2007. Sosiologi untuk SMA
dan MA Kelas X. Jakarta: Erlangga
Salam, Burhanuddin. 2011. Pengantar pedagogik.
Jakarta: PT Rineka Cipta
Suwarno. 1992. Pengantar Umum Pendidikan. Jakarta:
PT Rineka Cipta
Uhbiyati, Nur. 2005. Ilmu Pendidikan Islam.
Bandung: CV Pustaka Setia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar