Batman Begins - Help Select Putera Sumbawa: PERANAN KELUARGA, SEKOLAH DAN MASYARAKAT DALAM PENDIDIKAN ANAK Batman Begins - Help Select

hujan kembang api

Kamis, 03 Juli 2014

PERANAN KELUARGA, SEKOLAH DAN MASYARAKAT DALAM PENDIDIKAN ANAK



BAB I
PENDAHULUAN
1.      Latar Belakang
            Sebagian besar anak akan menerima pengaruh dari tiga lingkungan pendidikan yang utama yakni, keluarga, sekolah, dan masyarakat. ketiganya biasa disebut dengan tripusat pendidikan. Hal yang terpenting adalah lingkungan yang pertama kali dikenal oleh anak merupakan keluarga.
Pada masyarakat yang masih sederhana, keluarga umummnya mempunyai dua fungsi, yaitu: fungsi konsumsi dan fungsi produksi. Kedua fungsi ini mempunyai pengaruh yang sangat besar bagi anak.  Kehidupan masa depan anak pada masyarakat tradisional tidak jauh berbeda dengan kehidupan orang tuannya. Pada masyarakat semacam ini, orang tua yang mengajar pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk hidup. Orang tua pula yang melatih dan memberi petunjuk tentang berbagai aspek kehidupan. Sampai anak menjadi dewasa.
Tetapi pada masyarakat modern, maka pendidikan yang semula menjadi tanggung jawab keluarga itu kini sebagian besar diambil alih oleh sekolah dan lembaga-lembaga sosial lainnya. Pada tingkat permulaan fungsi ibu sebagian sudah diambil alih oleh pendidikan prasekolah. Bahkan fungsi pembentukan watak dan sikap mental pada masyarakat modern berangsur-angsur diambil alih oleh sekolah dan organisasi sosial lainnya.
Meskipun keluarga kehilangan sejumlah fungsi yang semula menjadi tanggung jawabnya, namun keluarga masih tetap merupakan lembaga yang paling penting dalam proses sosialisasi anak, karena keluarga yang memberikan tuntunan dan contoh-contoh semenjak masa anak sampai dewasa.
Namun dalam masyarakat modern orangtua harus membagi otoritas dengan orang lain terutama guru dan pemuka masyarakat, bahkan dengan anak mereka sendiri yang memperolah pengetahuan baru dari luar keluarga. Perubahan sifat hubungan orang tua dengan anaknya itu, akan diiringi pula dengan perubahan hubungan guru dengan siswa serta didukung dengan keterbukaan yang demokratis dalam masyarakat. Dengan kata lain, terdapat hubungan yang saling mempengaruhi antara ketiga pusat pendidikan itu.


2.      Rumusan Masalah
Ada hal yang perlu menjadi perhatian dalam melakukan pendidikan bagi anak, atau generasi muda yang akan menjadi penerus bangsa kelak, dan juga ada beberapa hal yang perlu dikaji secara mendalam agar proses pendidikan berjalan dengan baik dan bergerak menuju cita-cita bersama yang tertuang dalam tujuan pendidikan. Oleh karena itu setiap pihak harus memahami betul peran yang akan dijalankannya berkaitan dengan tugas pendidikan yang disandangnya, Yaitu:
a.       Bagaimana orang tua/keluarga dapat melaksanakan perannya dalam pendidikan anak dengan baik?
b.      Bagaimana pula peran sekolah dalam membentuk cikal bakal tulang punggung Bangsa ini?
c.       Apakah peran masyarakat dalam pendidikan anak?

3.       Tujuan
Dengan adanya perumusan masalah diatas, maka perlu di jabarkan beberapa tujuan yang akan dicapai dalam tulisan ini, diantaranya:
a.       Mendeskripsikan pentingnya peran keluarga/ orang tua dalam proses pendidikan anak.
b.      Menjelaskan dan mengetahui beberapa peranan persekolahan dalam membetuk peserta didik yang bemoral dan berakhalak mulia dalam menyongsong Bangsa dan Negara ini menjadi lebih baik.
c.       Menjelaskan peranan penting yang harus dilakukan masyarakat dalam pendidikan untuk membentuk generasi muda yang ideal.



BAB II
P EMBAHASAN
A.     Pentingnya Peranan Keluarga dalam Pendidikan
Peranan Orang tua memberikan pendidikan utama bagi anak-anaknya. Dikatakan pendidikan utama karena pendidikan orang tua ini mempunyai pengaruh yang dalam bagi kehidupan anak di kemudian hari. Oleh karenanya, orang tua harus benar-benar menyadarinya sehingga mereka dapat memerankannya sebagaimana mestinya (Uhbiyati, 2005: 225).
a.       Memangun karakter utama bagi anak
Pendidkian karakter utama harus di bangun dan diwujudkan adalah sikap bersilaturahmi, yaitu saling berintraksi sehingga dapat melakuakan kerja sama dalam membangun masyarakat. Kemudian karakter yang harus dibangun adalah emosi yang kuat untuk meyakini adanya Tuhan dan hari pembalasan.
Perkebangan karakter anak dimulai dari pergaulannya dalam kehidupan keluarga, kemudian berlanjut di lingkungan sekolah. Sekolah sebagai tempat pembelajaran anak sangat besar pengaruhnya terhadap perkembangan mentalitas anak di lingkungan terdekatnya (Hamid, Beni Ahmad Saebani, 2013: 61-65).
b.      Pola asuh menentukan keberhasilan pendidikan anak dalam keluarga
Keberhasilan keluarga dalam menanamkan nilai- nilai kebijakan pada anak sangat tergantung pada jenis pola asuh yang diterapkan orang tua pada anaknya. Pola asuh dapat didefinisikan sebagai pola interaksi antara anak dengan orang tua yang meliputi pemenuhan kebutuhan fisik dan kebutuhan psikologis, serta norma-norma yang berlaku di masyarakat agar anak dapat hidup selaras dengan lingkungannya. Beberapa macam  contoh pola asuh :
1)      Pola asuh otoriter, yaitu kekuasan orang tua lebih dominan, anak tidak diakui sebagai pribadi yang mandiri, control terhadap tingkah laku anak sangat ketat, orang tua menghukum anak jika tidak patuh.
2)      Pola asuh demokratis, kerjasama antara orang tua dengan anak, anak diakui sebagai pribadi yang mandiri, ada bimbingan dan pengarahan dari orang tua, control orang tua tidak kaku.
3)      Pola asuh permisif, lebih didominasi oleh anak, sikap longgar atau kebebasan dari orang tua, control dan perhatian orang tua sangat kurang.
4)      Moderat, yaitu adakalanya orangtua harus otoriter untuk hal yang darurat, dan ada saatnya berlaku demokratis terhadap anaknya.
Melalui pola asuh yang dilakukan orang tua, anak akan belajar banyak hal, termasuk karakter. Artinya jenis pola asuh yang ditetapkan orang tua terhadap anaknya menentukan keberhasilan pendidikan karakter anak oleh keluarga.
c.       Kesalahan keluarga dalam mendidik anak mempengaruhi perkembangan kecerdasan emosi anak.
Kesalahan dalam pengasuhan anak akan berakibat pada kegagalan dalam pembentukan karakter yang baik. Beberapa kesalahan orang tua dalam mendidik anak dapat mempengaruhi kecerdasan emosi anak, diantaranya adalah:
a.       Terlalu sibuk bekerja sehingga kurang komunikasi dengan anak;
b.      Kurang memberikan kasih sayang;
c.       Selalu mengukur rasa cinta terhadap anak dengan materi;
d.      Selalu bertengkar didepan anak, dan lain sebagainya.
Dampak salah asuh diatas akan menimbulkan anak yang mempunyai kepribadian yang bermasalah atau kecedasan emosi yang rendah yang cendrung berprilaku kurang baik, acuh terhadap temannya, dll. (Hamid, Beni Ahmad Saebani, 2013: 176)

B.     Peranan Sekolah dalam Pendidikan
Sekolah mengambil peranan penting dalam membentuk moral anak didik menjadi lebih baik. Pendidikan moral dapat diartikan sebagai suatu konsep kebaikan (konsep yang bermoral) yang diajarkan kepada peserta didik (generasi muda masyarakat) untuk membentuk akhlak mulia dan berprilaku terpuji seperti terdapat dalam pancasila dan UU 1945. Dalam penyajian pendidikan bermoral, guru diharapkan membantu peserta didik mengembangkan dirinya, baik secara keilmuan maupun secara mental keagamaan (Darmadi, 2007: 56).
Di sekolah, peserta didik akan  dibimbing,  diarahkan, dan dilatih. Peserta didik juga dibekali dengan nilai-nilai luhur, tata tertib, sopan santun, tata krama, budi pekerti, serta adat budaya (Muryati, Juju Suryawati, 2007: 106).
Setelah anak mencapai umur matang bersekolah, maka disamping pengalaman hidup di dalam keluarga, ia memasuki pusat pendidikan yang kedua yaitu sekolah. Transisi dari rumah ke sekolah perlu diperhatikan oleh para guru dan orang tua. Hari-hari yang pertama disekolah merupakan situasi peralihan dari situasi bebas ke situasi terikat. Karena itu guru-guru perlu menciptakan situasi belajar dan mengajar dimana kebutuhan dasar anak dapat terpenuhi terutama kebutuhan kasih sayang dan kebutuhan rasa aman, sehingga kehidupan di sekolah bukan merupakan hal yang menakutkan bagi anak-anak (Suwarno, 1992: 69).
Lembaga pendidikan formal, lahir serta tumbuh dari dan untuk masyarakat yang bersangkutan. Artinya, sekolah sebagai pusat pendidikan formal merupakan prangkat masyarakat yang diamanihi untuk memberikan pendidikan. Lembaga formal tersebut mempunyai hubungan kerja sama dengan pranata sosial lainnya. Dalam hubungan ini, peranan sekolah dituntut untuk tanggap dan fungsional terhadap kelangsungan dan perkembangan masyarakat di lingkungannya (Salam, 2011: 134).
Sekolah melakukan pembinaan pendidikan untuk peserta didiknya didasarkan atas kepercayaan dan tuntutan zaman. Sekolah sebagai lembaga pendidikan mempunyai tanggunga jawab atas tiga faktor:
a. Tanggung Jawab Normal
Sekolah sebagai lembaga pendidikan sesuai fungsi, tugas dan tujuan pendidikan. Harus melaksanakan pembinaan menurut ketentuan yang berlaku.
b. Tanggung Jawab Keilmuan
Sekolah  sebagai lembaga pendidikan memiliki tanggung jawab mentransfer pengetahuan kepada anak didiknya.
c. Tanggung jawab fungsional
Sekolah selain harus melakukan pembinaan sesuai ketentuan yang berlaku, sekolah juga harus bertanggunga jawab melalui pendidik (guru) untuk melaksanakan program yang terstruktur di dalam kurikulum. (Husnuddin, pdf).

C.     Peranan Masyarakat dalam Pendidikan
Peran serta Masyarakat (PSM) dalam pendidikan memang sangat erat kaitannya dengan mengubah cara pandang masyarakat terhadap pendidikan terutama pendidikan terhadap anak. ini tentu saja bukan hal yang mudah untuk dilakukan. Akan tetapi apabila tidak dimulai dan dilakukan dari sekarang. kapan rasa memiliki, kepedulian, keterlibatan, dan peran aktif masyarakat dengan tingkatan maksimal dalam pendidikan anak.
Masyarakat apabila dilihat dari konsep sosiologi adalah sekumpulan manusia yang bertempat tinggal dalam suatu kawasan dan saling berinteraksi. Bila dilihat dari konsep pendidikan, masyarakat adalah sekumpulan baanyak orang dengan berbagai ragam kualitas diri mulai dari yang tidak berpendidikan sampai pada yang berpendidikan tinggi. Ia adalah laboratorium besar tempat para anggotanya mengamalkan semua keterampilan yang dimilikinya.
Di lihat dari lingkungan pendidikan, masyarakat disebut lingkungan pendidikan non formal yang memberikan pendidikan secara sengaja dan berencana kepada seluruh anggotanya, teteapi tidak sistematis. Secara fungsional masyarakat menerima semua anggotanya yang pluralistik (Majemuk) itu dan mengarahkan menjadi anggota masyarakat yang baik untuk tercapainya kesejahteraan sosial para anggotanya yaitu kesejahteraan mental spiritual dan fisikal atau kesejahteraan lahir dan batin.
Kalau disekolah, pendidiknya adalah guru. Maka kalau di masyarakat yang menjadi pendidiknya adalah orang dewasa yang bertanggung jawab terhadap pendidikan anaknya melalui sosialisasi lanjutan yang mana pendidikan dasar-dasarnya telah diletakan oleh keluarga dan juga sekolah sebelum mereka masuk kedalam masyarakat. (Husnuddin, pdf).
Mayarakat haruslah melakukan peran penting dalam mendidik generasi mudanya, Jika individu anak melakukan penyimpangan dalam setiap aktifitas atau perilakunya, maka masyarakat dapat melakukan pembinaan melalui teguran, pemnbinaan, atau menerapkan pola pendidikan lainya yang bertujuan jelas demi kebaikan anak. (An Nahlawi, 1995: 178)


BAB III
PENUTUP
A.     Kesimpulan
           
Disamping peningkatan kontribusi dalam perannya masing-masing, antara keluarga, sekolah, dan masyarakat terhadap perkembangan peserta didik, diprasyaratkan pula keserasian kontribusi ini, serta kerjasama yang erat dan harmonis antar ketiga pusat pendidikan anak tersebut. Berbagai upaya harus dilakukan, program pendidikan dari setiap unsur sumber pendidikan yaitu keluarga, sekolah dan masyarakat diharapkan dapat saling mendukung dan memperkuat antara satu dengan yang lainnya.
Dengan masing masing peran yang dilakukan dengan baik oleh keluarga, sekolah maupun masyarakat dalam pendidikan, yang saling memperkuat dan saling melengkapi antara ketiga pusat itu, akan memberi peluang besar mewujudkan sumber daya manusia terdidik yang bermutu.
A.                 Saran-Saran
            Mengharapkan setiap pihak yang terlibat dalam pendidikan agar lebih menguatkan tekad untuk berperan aktif dalam pendidikan, agar jalan menuju tujuan pendidikan yang dicita-cita setiap manusia dapat segera terwujud. Dan berusaha memulai hal
-hal positif yang dapat membantu proses pendidikan secepat mungkin. Serta tidak perlu menunggu yang lain. sebaiknya dari unsur terkecil yaitu individu, Dan setiap individu inilah diharapkan menjadi sekumpulan orang yang peduli pada pendidikan, sekumpulan kecil ini diharapkan dapat mewarnai seluruh rakyat yang besar ini terhadap kesadarannya akan peran masing- masing dalam pendidikan.



DAFTAR PUSTAKA

An Nahlawi, Abdurrahman. 1995. Pendidikan Islam Di Rumah, Sekolah dan Masayrakat. Jakarta: Gema Insani Press
Darmadi, Hamid. 2007. Dasar Konsep Pendidikan Moral. Bandung: Alfabeta.
Hamid, Hamdani, Beni Ahmad Saebani. 2013. Pendidikan Karakter Perspektif Islam. Bandung: Pustaka Setia.
Husnudin. POLA KERJASAMA TRI PUSAT PENDIDIKAN: Ditinjau dari Peranan keluarga, Sekolah dan Masyarakat. Pdf
Muryati Kun, Juju Suryawati. 2007. Sosiologi untuk SMA dan MA Kelas X. Jakarta: Erlangga
Salam, Burhanuddin. 2011. Pengantar pedagogik. Jakarta: PT Rineka Cipta
Suwarno. 1992. Pengantar Umum Pendidikan. Jakarta: PT Rineka Cipta
Uhbiyati, Nur. 2005. Ilmu Pendidikan Islam. Bandung: CV Pustaka Setia.
Bottom of Form

Tidak ada komentar:

Posting Komentar